Tuesday, January 17, 2017

TRADISI ERPANGIR KULAU DALAM SUKU KARO


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan, karena atas berkat rahmat dan bimbinganya
Dalam makalah ini saya membahas mengenai Bagaimana tradisi masyarakat  karo,yakni tradisi erpangir kulau.
Makalah ini saya buat  bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan pembacanya mengenai budaya karo, dan juga mencintai budaya  budaya yang telah diwariskan oleh leluhur kita.
 Saya juga tidak lupa  bertrima kasih untuk teman teman  kakak, yang telah membantu  , dan berpartisipasi dalam menyusun makalh iniberupa masukan  masukan sehingaa saya binya menyelesaikan makalah ini
Makalah ini juga tidak terlepas dari kesalahan kesalahan, oleh karena itu saya sangat mengharapkan masukan masukan berupa kritikan yang bisa membangun saya dalam menyusun makalah ini agar menjadi lebih baik.


      BAB. 1
        PENDAHULUAN

Pada  hal ini saya akan mengambil topik mengenai bagaiman erpangir kulau pada masyarakat suku batak karo, yang merupakan salah satu warisan harta budaya karo. Erpangir Ku Lau  adalah salah satu acara atau upacara adat dari salah satu suku yang ada di Suku karo . Suku ini dikenal sebagai suku yang ramah dan memiliki banyak warisan budaya. Salah satunya adalah Erpangi Ku Lau.
Pada bagian pertama saya akan menjabarkan  secara singkat tinjauan umum mengenai hubungan antara manusia dengan budaya. Dari hubungan tersebutlah manusia menghasilkan ritual. Sementara pada tinjauan khusus penulis akan membahas mengenai ritual Erpangir ku lau, dan akan mencoba untuk melihat sejauh mana gereja  memberi tanggapan terhadap ritual tersebut.

2


BAB II
 PEMBAHASAN

2.1 .RITUAL DALAM SUATU KEBUDAYAAN
Manusia adalah makhluk Tuhan, karena manusia adalah ciptaan Tuhan. Manusia juga adalah makhluk social karena manusia tidak dapat hidup sendiri karena itu manusia membutuhkan orang lain untuk dapat hidup bersama. Sebagai makhluk social, manusia tidak terlepas dari budaya,dalam arti manusia ikut berperan dalam suatu proses kebudayaan. Kebudayaan adalah hasi dari proses tindakan ataupun hasil interaksi dari manusia dengan sesamanya.
Ritual sendiri dapat diartikan sebagai peristiwa penting dalam kehidupan manusia yang dilaksanakan menurut tata cara tertentu dan secara berkala. Ritual berfungsi sebagai alat untuk mengekspresikan iman seseorang. Selain itu juga berfungsi untuk menyalurkan emosi religius dari manusia tersebut.

2.2 PENGERTIAN ERPANGIR KULAU
Secara harafiah Erpangir ku lau dapat diartikan bermandi ke sungai, sedangkan dalam arti lebih mendalam,makna asli dari erpangir ku lau diartikan sebagai pembersihan diri. termasuk kepercayaan menciptakan ketenangan batin dan harapan masa depan yang lebih baik. Atau setidaknya setelah dilakukan erpangir ku lau,ada perubahan yang terdapat pelaku terutama dalam menumbuhkan semangat kerja. Erpangir ku lau merupakan salah satu upacara ritual religius yang terdapat pada masyarakat tradisional dan masih dilaksanakan pada saat ini,.
Banyak upacara  –  upacara religius yang dilakukan dalam kehidupan seseorang berdasarkan kepercayaan tradisional Karo. Misalnya: mukul ( pensakralan perkawinan ), mbaba anak ku lau ( membawa anak turun mandi ),  juma tiga ( upacara memperkenalkan anak kepada dasar pekerjaan tradisional Karo, yakni bertani ), mengemabahken nakan ( mengantar nasi untuk orang tua ), dan lain – lain.

Jadi  erpangir  adalah suatu upacara religious berdasarkan kepercayaan tradisional suku Karo (pemena/pertama), dimana sesorang/keluarga tertentu melakukan upacara erpangir dengan atau tanpa bantuan dari guru(tokoh adat/spiritual,dalam adat karo disebut guru sibaso), dengan maksud tertentu.

2.3  ALASAN DIADAKANNYA ERPANGIR KULAU
 Ada beberapa alasan mengapa seseorang/keluarga tertentu mengadakan upacara erpangir ku lau. Adapun alasan – alasan itu, adalah[1][6]
a.       Upacara terimakasih kepada Dibata. dalam hal ini erpangir dilakukan sebagai ucapan terima kasih dan syukur kepada Dibata (Tuhan), yang telah memberikan rahmat tertentu. Misalnya: memperoleh keberuntungan,terhindar dari kecelakaan, memperoleh hasil panen yang berlimpah, sembuh dari penyakit, dan lain sebgainya.
b.      Menghidarkan suatu malapetaka yang mungkin terjadi. Dalam hal ini orang Karo melakukan upacara erpangir sebagai upaya untuk menghindarkan suatu malapetaka yang akan terjadi, itu biasanya sudah terlebih dahulu diterka melalui firasat suatu mimpi yang buruk, atau berdasarkan keterangan dan saran dari guru.
c.       Menembuhkan suatu penyakit.Erpangir adakalanya diadakan sebagai upaya untuk mengobati suatu jenis penyakit tertentu. Misalnya untuk mengobati orang gila, atau yang diserang oleh  begu ganjang,begu jabu,begu tungkup,begu menggep(begu artinya hantu dalam tradisi karo) atau jenis – jenis hantu lainnya.
d.      Mencapai maksud tertentu.Adakalanya erpangir ini dilakukan sebagai upaya untuk memohon sesuatu kepada Dibata (Tuhan). Misalnya agar cepat dapat jodoh, mendapat panenan/keberuntungan,memperoleh kedudukan yang baik, dan sebagainya

 2.4 JENIS  JENIS ERPANGIR KULAU.:
a.      Pangir selamsam
Pangir selamsam adalah suatu pangir yang lebih kecil bobotnya. Di mana peralatannya hanya terdiri dari: sebuah Rimo mukur  (jeruk purut),  baja  (getah kayu besi),  minyak kelapa, dan sebuah mankuk putih untuk tempat pangir. Pertama-tama mangkuk  diisi dengan air putih, kemudian buah jeruk purut dan diperas  kemangkuk, lalu taruh baja dan minyak, maka  pangir  sudah jadi. Pangir selamsam  ini biasanya di adakan karena mendapat mimpi buruk, akan kadar keburukannya masih diragukan. Oleh karena itu untuk menghindari dari akibat buruknya, diadakan  pangir selamsam. Setelah selesai pangir itu dibuat, maka orang yang mendapat mimpi buruk itu lalu  ersudip  (berdoa) kepada  Dibata  (Tuhan), agar ia dan keluarganya dihindari dari akibat buruk  yang mungkin terjadi   seperti yang telah tersirat dalam mimpinya. Sesudah itu ia dan keluarganya  erpangir  (mengusapkan) itu ke kepalanya masing  –  masing. Dan selesailah sudah pangir selamsam itu.
b.      Pangir sitengah
Pangir sejenis ini terdiri dari :
  1. Penguras, yakni ramuan dari air (air kelapa muda), jeruk purut, baja, minyak kelapa,dan jera;
  2. Empat jenis jeruk, tetapi jeruk purut (rimo mukur) harus ada;
  3. Kudin taneh (kuali dari tanah), sebagai tempat penguras (pangir);
  4. Dilakukan di lau sirang (ditempat air mengalir terbelah menjadi dua aliran);
  5. Memakai pertolongab guru.

c.       Pangir sintua (agung)
Pangir sintua memerlukan peralatan sebagai berikut:
  1. Penguras;
  2. Tujuh jenis jeruk, jeruk purut harus ada;
  3. Wajan (belanga), sebagai tempat penguras (pangir);
  4. dilakukan di lau sirang;
  5. Diletakkan atas sagak (corong bambu) dan di pinggirnya di beri berjanur (lambé);

5
  6. Pada zaman dahulu pangir jenis ini diikuti dengan bunyi senapan;

7. Erkata gendang (memakai peralatan alat music Karo).



d.      Mantra (tabas)
Pada umumnya setiap pangir, selalu di mantrai (itabasi), Atau disebut imangmangi.  Tabas  (mantra) ini biasanya diucapkan oleh guru dengan menembangkannya.  Tabas  ini dipercayai mempunyai kekuatan magis untuk mempengaruhi atau menyembuhkan penyakit tertentu. Tabas  (mantra) dalam bahasa Karo, di mulai dengan berbagai jenis kata pembukaan,seperti:

2.4 Pelaksanaan Erpangir Ku Lau
            Pelaksanaan erpangir ku lau ada yang dipandu oleh guru, ada juga si pelaku yang melaksanakannya sendiri. Erpangir ku lau yang dipandu oleh guru adalah sebagai berikut:
Ø  Pagi-pagi sekitar pukul 09.00 si pelaku erpangir bersama keluarga berangkat ke sebuah sungai dengan beriring didahului guru  dengan membawa peralatan berbagai jenis jeruk dan bulung-bulung(daun-daun). Sedangkan ayam hitam serta cimpa(salah satu jenis kue tradisional Karo) di tinggal di rumah untuk diolah oleh sebagian keluarga
Ø  Sesampainya di sungai,guru memilih tempat yang baik. Di tempat tersebut guru meletakkan belo(sirih) sebagai persembahan kepada kekuatan penunggu sungai. Setelah itu semua jenis jeruk dibelah-belah demikian juga bulung-bulung  dipotong-potong. Dimasukkan ke dalam wadah yang disebut gantang beru-beru(terbuat dari bambu). Ramuan ini dilengkapi dengan sedikit garam,lada dan kunyit. Campuran dalam gantang beru-beru diaduk,sedangkan jeruk diperas agar airnya keluar
Ø  Si pelaku erpangir menyiramkan air jeruk tersebut ke bagian kepala(seperti keramas), dan juga ke seluruh bagian tubuh. Setelah selesai mereka mengganti pakaian yang basah
6
tadi dengan pakaian yang bersih lalu berangkat pulang ke rumah

Ø Setibanya di rumah mereka duduk teratur sesuai dengan petunjuk guru. Kemudian guru menanyakan si pelaku erpangir makanan apa yang diinginkannya diantara makanan yang telah disediakan. Seterusnya mereka dan si pelaku erpangir makan bersama
            Begitulah ketentuan  erpangir  pada masyarakat Karo tradisional, yang sampai sekarang masih sering dilaksanakan. Hal ini perlu dilestarikan, kaena ini merupakan salah satu perwujudan dari kebudayaan dan kepercayaan Karo. Soal berhasil atau tidaknya  erpangir  ini perlu diperhatikan kenyataan-kenyataan yang hidup di masyarakat Karo.

2.5   TANGGAPAN GEREJA TERHADAP RITUAL ERPANGIR KU LAU
Tak jarang bahwa beberapa gereja di tanah karo menolak akan adanya ritual seperti ini, karena dianggap masih berhubungan dengan kepercayaan yang menyangkut dengan  leluhur .
            Penolakan ini terkait dengan pemaknaan dari ritual  tersebut, karena pada pelaksanaan erpangir ku lau yang asli, dibata(Tuhan) yang dijadikan sebagai objek dari yang adikodrati merupakan dibata-dibata(tuhan-tuhan) yang tidak sesuai dengan iman kepercayaan Kristiani.
            Namun pada kenyataanya di lapangan,praktek ritual Erpangir ku lau masih dilaksanakan pada suku Karo,. Umumnya pelaksanaan erpangir ku lau ini masih didasari dan dimaknai berdasarkan kepercayaan pribumi(animisme). Hal ini disebabkan karena masyarakat asli Karo masih belum dapat lepas dari kepercayaan-kepercayaan tersebut. Biarpun mereka telah memiliki agama, tetapi mereka merasa masih ada yang
Namun  ada juga kepercayaan yang menerima ritual ini, asalkan ritual ini  dilakukukan  untuk pengobatan , dan keperluan tertentu,dengan melanggar kepercayaan kita, seperti menduakan Tuhan. Contohny dalam gereja KATOLIK, karena dianggap sebagai kekayaan budaya dalam budaya karo.           
7
                       
BAB 4
KESIMPULAN

Ritual erpangir kulau merupakan salah satu  warisan  budaya karo. Erpangir kulau merupakan suatu upacara yang dilakukan untuk kepentingan kepentingan tertentu, misanya, untuk menyembuhkan oraang yang sakit, sebagai buang sial , sebagai  cara yang dilakukan oleh  seseorang untuk menghilangkan rasa capeek, atau lelah.
Erpangir kulau merupakan suatu kepercayaan orang dahulu  dalam budaya karo, dan diyakini memiki unsur mistik didalamnya
Erpangir kulau sangat banyak manfaatnya bagi orang karo, tergantung dari mana  seseorang   itu menilainya .


8

DAFTAR PUSTAKA
Schie G.Van.Hubungan Manusia dengan Misteri Segala Misteri,Jakarta:Fidei Press,2008
Dhavamony,Mariasusai.Fenomenologi Agama,Yogyakarta:Kanisius,2010
Sitepu Sempa,Bujur Sitepu,AG Sitepu,Pilar Budaya Karo,Medan:Bali Scan&Percetakan,1996




Pendidikan dan pengajaran agama katolik

Hanya Debulah Aku Di Alas Kakimu Tuhan Cover Tiga Juhar