Gereja umat Allah bukan semata
mata nerupakan hal fisik melainkankan
rohani. Gereja adalah umat Allah, berarti terpilih dari Allah. Sebutan umat
Allah menekankan pada dua hal penting, yaitu: 1) Gereja bukanlah pertama-tama organisasi
manusiawi, melainkan perwujudan karya Allah yang konkret. Tekanan ada pada
pilihan dan kasih Allah 2) Gereja bukan hanya kaum awam atau hierarki saja,
melainkan keseluruhannya sebagai Umat Allah.
Gereja umat Allah berkembang dan
semakin meluas karena pemberitaan injil oleh para murid dan orang-orang ang
selalu mengamini, yang mendapat pengalaman Paskah, percaya dan Bertobat, dan
terus dijiwai dan dibimbing oleh Roh Kudus. Pengalaman inilah yang akhirnya
menciptakan persekutuan yang terus-menerus dibangun tanpa henti hingga di
pelosok-pelosok negeri. Pemberitaan Injil tentang Yesus yang bangkit dan mulai
sebagai satu-satunya penyelamat dunia. Tanpa pemberitahuan Injil, orang tidak
dapat percaya dengan tepat, tidak dapat secara sadar dan manusiawi bertobat
kepada Allah yang menyelamatkan melalui Yesus Kristus, tidak secara sadar dan
manusiawi menyambut kesalahan menurut kebenaran. Maka, Gereja pada pokoknya
tidak lain adalah persekutuan semua orang yang dari dalam hatinya tersentuh
oleh Allah (bdk.kis 2: 37; 16:14) menanggapi pemberitaan Injil denganpercaya
dengan Tobat. Maka, gereja ada bukan karena kehendak manusiawi, melainkan
karena rencana Allah. Umat Allah adalah persekutuan orang yang “dipanggil”
Allah.
Ciri Gereja sebagai Umat Allah
terlihat dalam paggilan dan inisiatif allah, persekutuan hubungan mesra Antara manusia dan Allah, serta
karya keselamatan dan penziarahannya.
Gereja sebagai umat Allah menunjukkan pada umat Allah yang telah berlangsung
sejak lama dan menjadi sempurna oleh karena Kristus, menuju kesatuan paripurna
sebagai umat yang baru.
Dasar dan konsekuensinya yang terus
dikembangkan sebagai Gereja Umat Allah. Hidup menjemaat pada dasarnya merupakan
hakikat Gereja itu sendiri, sebab hakikat Gereja adalah persaudaraan, cinta kasih,
seperti dicerminkan dalam hidup jemaat perdana. Dalam hidup menjemaat ada
banyak kharisma dan rupa-rupa karunia yang dapat dilihat, diterima, dan
dingunakan untuk kekayaan bagi seluruh anggota Gereja. Begitu pula dalam hidup
menjemaat, semua orang mempuyai martabat an tanggungjawab sama an secara aktif
terlibat sesuai fungsinya masing-masing. Sebagai umat Allah, tidak lagi
dibedakan Antara mereka yang tertahbis dan non-tertahbis, biarawan dan
non-biarawan, dan Umat, melainkan semua orang yang telah dipilih Tuhan menjadi
umatnya. Kesatuan tidak lagi didasarkan
pada stuktural-organisatoris, tetapi pada Roh Allah sendiri yang telah
menjadikan umatnya sebagai bangsa atau umat pilihan. Artinya, baik hierarki
maupun awam memiliki hakikat yang sama, yaitu sebagai umat Allah dengan fungsi
atau peranan yng berbeda. Dengan kata lain, yang membedakan hierarki dan awam
adalah fungsinya dan bukan hakikatnya (lihat LG, 4, 7, 9).
No comments:
Post a Comment