Puji syukur
saya ucapkan kepada Tuhan, karena atas berkat rahmat dan bimbinganya
Dalam
makalah ini saya membahas mengenai Bagaimana tradisi masyarakat karo,yakni tradisi erpangir kulau.
Makalah ini
saya buat bertujuan untuk menambah ilmu
pengetahuan pembacanya mengenai budaya karo, dan juga mencintai budaya budaya yang telah diwariskan oleh leluhur
kita.
Saya juga tidak lupa bertrima kasih untuk teman teman kakak, yang telah membantu , dan berpartisipasi dalam menyusun makalh
iniberupa masukan masukan sehingaa saya
binya menyelesaikan makalah ini
Makalah ini
juga tidak terlepas dari kesalahan kesalahan, oleh karena itu saya sangat
mengharapkan masukan masukan berupa kritikan yang bisa membangun saya dalam
menyusun makalah ini agar menjadi lebih baik.
BAB. 1
PENDAHULUAN
Pada
hal ini saya akan mengambil topik mengenai bagaiman erpangir kulau pada
masyarakat suku batak karo, yang merupakan salah satu warisan harta budaya karo. Erpangir Ku Lau adalah salah satu acara atau upacara adat
dari salah satu suku yang ada di Suku karo . Suku ini dikenal sebagai suku yang ramah dan memiliki banyak warisan
budaya. Salah satunya adalah Erpangi Ku Lau.
Pada bagian
pertama saya akan
menjabarkan secara singkat tinjauan umum mengenai hubungan
antara manusia dengan budaya. Dari hubungan tersebutlah manusia menghasilkan
ritual. Sementara pada tinjauan khusus penulis akan membahas mengenai ritual
Erpangir ku lau, dan akan mencoba untuk melihat sejauh mana gereja memberi tanggapan terhadap ritual tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 .RITUAL DALAM SUATU KEBUDAYAAN
Manusia
adalah makhluk Tuhan, karena manusia adalah ciptaan Tuhan. Manusia juga adalah
makhluk social karena manusia tidak dapat hidup sendiri karena itu manusia
membutuhkan orang lain untuk dapat hidup bersama. Sebagai makhluk social,
manusia tidak terlepas dari budaya,dalam arti manusia ikut berperan dalam suatu
proses kebudayaan. Kebudayaan adalah hasi dari proses tindakan ataupun
hasil interaksi dari manusia dengan sesamanya.
Ritual
sendiri dapat diartikan sebagai peristiwa penting dalam kehidupan manusia yang
dilaksanakan menurut tata cara tertentu dan secara berkala. Ritual berfungsi
sebagai alat untuk mengekspresikan iman seseorang. Selain itu juga berfungsi
untuk menyalurkan emosi religius dari manusia tersebut.
2.2 PENGERTIAN ERPANGIR KULAU
Secara
harafiah Erpangir ku lau dapat
diartikan bermandi ke sungai,
sedangkan dalam arti lebih mendalam,makna asli dari erpangir ku lau diartikan sebagai pembersihan diri. termasuk kepercayaan menciptakan ketenangan batin
dan harapan masa depan yang lebih baik. Atau setidaknya setelah dilakukan erpangir
ku lau,ada perubahan yang terdapat pelaku terutama dalam menumbuhkan semangat
kerja. Erpangir ku lau merupakan salah satu upacara ritual religius yang
terdapat pada masyarakat tradisional dan masih dilaksanakan pada saat ini,.
Banyak
upacara – upacara religius yang dilakukan dalam
kehidupan seseorang berdasarkan kepercayaan tradisional Karo. Misalnya: mukul ( pensakralan perkawinan ), mbaba anak ku lau ( membawa anak turun
mandi ), juma tiga ( upacara memperkenalkan anak kepada dasar pekerjaan
tradisional Karo, yakni bertani ), mengemabahken
nakan ( mengantar nasi untuk orang tua ), dan lain – lain.
Jadi erpangir
adalah suatu upacara religious berdasarkan kepercayaan tradisional suku Karo
(pemena/pertama), dimana sesorang/keluarga tertentu melakukan upacara erpangir
dengan atau tanpa bantuan dari guru(tokoh adat/spiritual,dalam
adat karo disebut guru sibaso), dengan
maksud tertentu.
2.3 ALASAN
DIADAKANNYA ERPANGIR KULAU
Ada beberapa alasan mengapa seseorang/keluarga
tertentu mengadakan upacara erpangir ku lau. Adapun alasan – alasan itu, adalah[1][6]:
a.
Upacara terimakasih kepada Dibata. dalam hal ini
erpangir dilakukan sebagai ucapan terima kasih dan syukur kepada Dibata
(Tuhan), yang telah memberikan rahmat tertentu. Misalnya: memperoleh
keberuntungan,terhindar dari kecelakaan, memperoleh hasil panen yang berlimpah,
sembuh dari penyakit, dan lain sebgainya.
b.
Menghidarkan suatu malapetaka yang mungkin
terjadi. Dalam hal ini orang Karo melakukan upacara erpangir sebagai upaya
untuk menghindarkan suatu malapetaka yang akan terjadi, itu biasanya sudah
terlebih dahulu diterka melalui firasat suatu mimpi yang buruk, atau
berdasarkan keterangan dan saran dari guru.
c.
Menembuhkan suatu penyakit.Erpangir adakalanya
diadakan sebagai upaya untuk mengobati suatu jenis penyakit tertentu. Misalnya
untuk mengobati orang gila, atau yang diserang oleh begu
ganjang,begu jabu,begu tungkup,begu menggep(begu artinya hantu dalam
tradisi karo) atau jenis – jenis hantu lainnya.
d.
Mencapai maksud tertentu.Adakalanya erpangir ini
dilakukan sebagai upaya untuk memohon sesuatu kepada Dibata (Tuhan). Misalnya
agar cepat dapat jodoh, mendapat panenan/keberuntungan,memperoleh kedudukan
yang baik, dan sebagainya
2.4
JENIS JENIS ERPANGIR KULAU.:
a.
Pangir selamsam
Pangir selamsam adalah suatu
pangir yang lebih kecil bobotnya. Di mana peralatannya hanya terdiri dari:
sebuah Rimo mukur (jeruk purut), baja
(getah kayu besi), minyak kelapa, dan sebuah mankuk putih untuk tempat pangir. Pertama-tama
mangkuk diisi dengan air putih, kemudian
buah jeruk purut dan diperas kemangkuk,
lalu taruh baja dan minyak, maka
pangir sudah jadi. Pangir
selamsam ini biasanya di adakan karena
mendapat mimpi buruk, akan kadar keburukannya masih diragukan. Oleh karena itu
untuk menghindari dari akibat buruknya, diadakan pangir selamsam. Setelah selesai pangir itu dibuat,
maka orang yang mendapat mimpi buruk itu lalu
ersudip (berdoa) kepada Dibata
(Tuhan), agar ia dan keluarganya dihindari dari akibat buruk yang mungkin terjadi seperti yang telah tersirat dalam mimpinya.
Sesudah itu ia dan keluarganya erpangir (mengusapkan) itu ke kepalanya masing –
masing. Dan selesailah sudah pangir selamsam itu.
b.
Pangir sitengah
Pangir sejenis ini terdiri
dari :
1. Penguras, yakni ramuan dari air (air
kelapa muda), jeruk purut, baja, minyak kelapa,dan jera;
2. Empat jenis jeruk, tetapi jeruk purut
(rimo mukur) harus ada;
3. Kudin taneh (kuali dari tanah), sebagai
tempat penguras (pangir);
4. Dilakukan di lau sirang (ditempat air
mengalir terbelah menjadi dua aliran);
5. Memakai pertolongab guru.
c.
Pangir sintua (agung)
Pangir sintua memerlukan
peralatan sebagai berikut:
1. Penguras;
2. Tujuh jenis jeruk, jeruk purut harus ada;
3. Wajan (belanga), sebagai tempat penguras
(pangir);
4. dilakukan di lau sirang;
5. Diletakkan atas sagak (corong bambu) dan
di pinggirnya di beri berjanur (lambé);
5
6. Pada zaman dahulu pangir jenis ini diikuti
dengan bunyi senapan;
7. Erkata gendang (memakai peralatan alat music
Karo).
d.
Mantra (tabas)
Pada umumnya
setiap pangir, selalu di mantrai (itabasi), Atau disebut imangmangi. Tabas
(mantra) ini biasanya diucapkan oleh guru dengan menembangkannya. Tabas
ini dipercayai mempunyai kekuatan magis untuk mempengaruhi atau
menyembuhkan penyakit tertentu. Tabas (mantra)
dalam bahasa Karo, di mulai dengan berbagai jenis kata pembukaan,seperti:
2.4 Pelaksanaan Erpangir Ku
Lau
Pelaksanaan erpangir ku lau ada yang dipandu oleh guru, ada juga si pelaku yang
melaksanakannya sendiri. Erpangir ku lau yang dipandu oleh guru adalah sebagai berikut:
Ø Pagi-pagi sekitar pukul 09.00 si pelaku erpangir bersama keluarga berangkat
ke sebuah sungai dengan beriring didahului guru
dengan membawa peralatan berbagai
jenis jeruk dan bulung-bulung(daun-daun).
Sedangkan ayam hitam serta cimpa(salah
satu jenis kue tradisional Karo) di tinggal di rumah untuk diolah oleh sebagian
keluarga
Ø Sesampainya di sungai,guru memilih
tempat yang baik. Di tempat tersebut guru
meletakkan belo(sirih) sebagai
persembahan kepada kekuatan penunggu sungai. Setelah itu semua jenis jeruk
dibelah-belah demikian juga bulung-bulung
dipotong-potong. Dimasukkan ke dalam
wadah yang disebut gantang beru-beru(terbuat
dari bambu). Ramuan ini dilengkapi dengan sedikit garam,lada dan kunyit.
Campuran dalam gantang beru-beru diaduk,sedangkan
jeruk diperas agar airnya keluar
Ø Si pelaku erpangir menyiramkan air jeruk tersebut ke bagian kepala(seperti
keramas), dan juga ke seluruh bagian tubuh. Setelah selesai mereka mengganti
pakaian yang basah
6
tadi dengan pakaian yang bersih lalu berangkat pulang ke rumah
Ø Setibanya di rumah mereka duduk teratur sesuai dengan petunjuk guru. Kemudian guru menanyakan si pelaku erpangir makanan apa yang diinginkannya
diantara makanan yang telah disediakan. Seterusnya mereka dan si pelaku
erpangir makan bersama
Begitulah
ketentuan erpangir pada masyarakat Karo tradisional, yang sampai
sekarang masih sering dilaksanakan. Hal ini perlu dilestarikan, kaena ini
merupakan salah satu perwujudan dari kebudayaan dan kepercayaan Karo. Soal
berhasil atau tidaknya erpangir ini perlu diperhatikan kenyataan-kenyataan yang
hidup di masyarakat Karo.
2.5 TANGGAPAN GEREJA TERHADAP RITUAL
ERPANGIR KU LAU
Tak jarang bahwa beberapa gereja di
tanah karo menolak akan adanya ritual seperti ini, karena dianggap masih
berhubungan dengan kepercayaan yang menyangkut dengan leluhur .
Penolakan ini terkait dengan pemaknaan dari ritual tersebut, karena pada pelaksanaan erpangir ku
lau yang asli, dibata(Tuhan) yang dijadikan sebagai objek dari yang adikodrati
merupakan dibata-dibata(tuhan-tuhan) yang tidak sesuai dengan iman kepercayaan
Kristiani.
Namun pada kenyataanya di lapangan,praktek ritual Erpangir ku lau masih dilaksanakan pada suku
Karo,. Umumnya pelaksanaan erpangir ku lau ini masih didasari dan dimaknai
berdasarkan kepercayaan pribumi(animisme). Hal ini disebabkan karena masyarakat
asli Karo masih belum dapat lepas dari kepercayaan-kepercayaan tersebut.
Biarpun mereka telah memiliki agama, tetapi mereka merasa masih ada yang
Namun ada juga
kepercayaan yang menerima ritual ini, asalkan ritual ini dilakukukan
untuk pengobatan , dan keperluan tertentu,dengan melanggar kepercayaan
kita, seperti menduakan Tuhan. Contohny dalam gereja KATOLIK, karena dianggap
sebagai kekayaan budaya dalam budaya karo.
7
BAB 4
KESIMPULAN
Ritual
erpangir kulau merupakan salah satu warisan
budaya karo. Erpangir kulau merupakan suatu upacara yang dilakukan untuk
kepentingan kepentingan tertentu, misanya, untuk menyembuhkan oraang yang
sakit, sebagai buang sial , sebagai cara
yang dilakukan oleh seseorang untuk
menghilangkan rasa capeek, atau lelah.
Erpangir
kulau merupakan suatu kepercayaan orang dahulu
dalam budaya karo, dan diyakini memiki unsur mistik didalamnya
Erpangir
kulau sangat banyak manfaatnya bagi orang karo, tergantung dari mana seseorang
itu menilainya .
8
DAFTAR PUSTAKA
Schie G.Van.Hubungan Manusia dengan Misteri Segala
Misteri,Jakarta:Fidei Press,2008
Dhavamony,Mariasusai.Fenomenologi Agama,Yogyakarta:Kanisius,2010
Sitepu Sempa,Bujur Sitepu,AG
Sitepu,Pilar Budaya Karo,Medan:Bali
Scan&Percetakan,1996