Pengertian Kejujuran
Kejujuran adalah dasar setiap usaha menjadi
orang kuat secara moral. Tanpa kejujuran kita sebagai manusia tidak dapat maju
selangkahpun. Karena kita belum berani menjadi diri kita sendiri. Tidak jujur
berarti tidak seka-kata itu berarti bahwa kita belum sanggup untuk mengambil
sikap lurus. Orang yang tidak lurus dan tidak mengambil dirinya sendiri sebagai
titik tolak, melainkan apa yang di perkirakan diharapkan oleh orang lain. Ia
bukan tiang, melainkan bendera yang mengikuti segenap angin.
Sikap jujur adalah sebuah sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokan antara Informasi dengan fenomena atau realitas. Sikap merupakan konsep yang paling penting dalam psikologi sosial dan yang paling banyak didefinisikan. Ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis motif sosiogenis yang diperoleh melalui proses belajar (Sherif dan Sheriff, 2011:39). Adapula yang melihat sikap sebagai kesiapan saraf (neural settings) sebelum memberikan respons (Allport, 2010:355).
Tanpa kejujuran
keutamaan-keutamaan moral lainnya kehilangan nilai mereka. Bersikap baik
terhadap orang lain, tetapi tanpa kejujuran adalah kemunafikan dan sering
beracun. Begitu pula sikap-sikap terpuji seperti menolong orang tanpa pamrih menjadi sarana kelicikan dan penipuan apabila tidak berakar dalam
kejujuran yang bening. Hal yang sama berlaku bagi sikap tenggang rasa dan mawas
diri: tanpa kejujuran dua sikap itu tidak lebih dari sikap berhati-hati dengan
tujuan untuk tidak ketahuan maksud yang
sebenarnya.
Bersikap jujur terhadap
orang lain, ada dua hal yang penting adalah:
1. Sikap
terbuka
Yang
di maksud dengan sikap terbuka adalah segala pertanyaan dari orang lain harus
kita jawab dengan selengkapnya atau orang lain yang berhak untuk mengetahui
segala perasaan dan pikiran kita. Dan kita juuga berhak atas batin kita
masing-masing melainkan yang dimaksud bahwa kita selalu muncul sebagai diri
kita sendiri yang sesuai dengan keyakinan kita sendiri. Kita tidak
menyembunyikan wajah kita yang sebenarnya. Kita tidak menyesuaikan kepribadian
kita dengan harapan orang lain.
Dalam
segala sikap dan tindakan kita memang hendaknya tanggap terhadap kebetulan,
kepentingan dan hak orang-orang yang selalu berhadapan dengan kita . kita tidak bersikap egois
belaka. Kita seperlunya bersedia untuk mengorbankan suatu kepentingan kita demi
orang lain. Tetapi kita melakukannya bukan sekedar untuk menyesuaikan diri,
karena takut, malu melainkan sebagai diri kita sendiri karena kita sendiri
dengan sikap yang begitu otonom menilai bahwa memang wajar dan tepat kalau kita
memberikan pengorbanan itu. Kita tidak lari dan tidak perlu pasang kedok dan
kalau perlu kita menolak permintaan orang lain dengan tenang. Terbuka yang
berarti orang boleh tahu bahwa siapa kita ini.seperti halnya Santo Fransiskus dari Asisi dia menolong orang kusta bukan semata-mata karena kasihan dan sedih melainkan dia menjawab panggilan Tuhan Yesus dalam dirinya untuk menjalankan misteri Allah dalam dirinya .
2. Bersikap
fair atau wajar
Yang
dimaksud dengan bersikap fair atau wajah adalah berhadapan dengan orang lain
untuk memperlakukannya menurut
standart-standart yang di harapkannya yang dipergunakan orang lain
terhadap dirinya. Ia menghormati hak oarng lain, ia selalu akan memenuhi janji
yang diberikan dan juga terhadap orang yang tidak dalam posisi untuk
menuntutnya. Ia tidak pernah akan bertindak bertentangan dengan suara hati atau
keyakinannya. Keselarasan yang berdasarkan kepalsuan, ketidakadilan dan
kebohongan akan disobeknya.
Tetapi
kita hanya dapat bersikap jujur terhadap orang lain, apabila kita jujur
terhadap diri kita sendiri. Dengan lain kata, kita pertama-tama harus berhenti
membohongi diri kita sendiri. Kita harus berani melihat diri seadanya. Kita harus berhenti main
sandiwara, bukan hanya terhadap orang
lain melainkan terhadap kita sendiri. Kita perlu melawan kecondongan untuk
berrasionalisasi, menghindari show dan pembawaan berlebihan. Orang jujur tidak
perlu mengkompensasikan perasaan minder dengan menjadi otoriter dan menindas
orang lain.
Orang
yang tidak jujur senantiasa berada pelarian: ia lari dari orang lain yang di
takuti sebagai ancaman dan ia lari dari dirinya sendiri karena tidak berani
menghadapi kenyataanya yang sebenarnya. Maka kejujuran membutuhkan keberanian.
Keberanian untuk berhenti melarikan diri sendiri. Berani untuk melepaskan
kedok-kedok yang kita pasang dan untuk menunjukkan diri seada kita. Begitu kita
berani untuk berrpisah dari kebohongan, tameng ketakutan kita, kita akan
mengalami sesuatu yang amat menggairahkan: kekuatan batin kita bertambah.
Meskipun lemah, kita tahu bahwa kita tetap kuat. Merasa malupun kita tidak
patah semangat maka amatlah penting agar kita mulai menjadi jujur.
Aku hebat karena aku jujur
Didalam dunia diera globalisasi sekarang jarang orang jujur,kebanyakan orang kebohongan itu lebih baik,supaya dia tidak ditindas orang,karena dia tidak berani menghadapi kenyataan yang sebenarnya.mengapa saya hebat karena saya jujur?dari pengalaman yang saya alami ketika saya jujur dalam melakukan ujian.Saya merasa kuat dan didalam hati kecil saya mengatakan bahwa saya bisa melakukan dan hasilnya saya mendapatkan nilai yang bagus.Sama halnya Santo fransiskus dari Asisi dia ingin mejadi seorang prajurit tapi Tuhan Allah berkata lain kepadanya
No comments:
Post a Comment