A.KATAPENGANTAR
Dalam hidup sehari-hari kita tentunya sudah sangat akrab dengan kata dosa dan tobat. Bahkan penulis, yang besar diantara masyarakan non katolik, beberapa kali pernah mendapat pernyataan yang menyebutkan bahwa menjadi seorang katolik ialah hal yang sangat menyenangkan. Bisa bebas berbuat dosa toh nanti juga dapat mengaku dosa kepada Pastor dan mendapat pengampunan. Di sini, penulis menangkap suatu nada mengejek yang mengatakan bahwa orang katolik itu begitu murah menilai dosa, karena setiap saat dapat mengaku dosa dan mendapat pengampunan.
Hal inilah yang mendasari penulis untuk membuat paper tentang dosa dan tobat. Bukan sekedar untuk mencari pembelaan, tetapi juga untuk mencari kebenaran iman dan berharap dapat memberi pengertian kepada pembaca bahwa dosa bagi orang katolik ialah suatu hal yang harus dibayar dengan sangat mahal untuk memulihkan kerusakan yang diakibatkannya.
Dalam hidup sehari-hari kita tentunya sudah sangat akrab dengan kata dosa dan tobat. Bahkan penulis, yang besar diantara masyarakan non katolik, beberapa kali pernah mendapat pernyataan yang menyebutkan bahwa menjadi seorang katolik ialah hal yang sangat menyenangkan. Bisa bebas berbuat dosa toh nanti juga dapat mengaku dosa kepada Pastor dan mendapat pengampunan. Di sini, penulis menangkap suatu nada mengejek yang mengatakan bahwa orang katolik itu begitu murah menilai dosa, karena setiap saat dapat mengaku dosa dan mendapat pengampunan.
Hal inilah yang mendasari penulis untuk membuat paper tentang dosa dan tobat. Bukan sekedar untuk mencari pembelaan, tetapi juga untuk mencari kebenaran iman dan berharap dapat memberi pengertian kepada pembaca bahwa dosa bagi orang katolik ialah suatu hal yang harus dibayar dengan sangat mahal untuk memulihkan kerusakan yang diakibatkannya.
B.PENDAHULUAN
1.Dosa 1.a Definisi
Ada banyak definisi yang beredar mengenai dosa. Definisi tersebut berasal dari sumber yang berbeda dan dengan versi yang berbeda pula. Dalam makalah ini penulis mencantumkan beberapa definisi mengenai dosa dari beberapa sumber.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dosa adalah perbuatan yang melanggar hukum Tuhan atau agama; perbuatan salah seperti pada orang tua, adat atau negara. Jadi apa pun yang tidak sesuai dengan ajaran agama dan kitab suci ialah suatu perbuatan dosa.
Dosa menurut pandangan Islam adalah perbuatan buruk yang tidak saja akan berakibat buruk terhadap rohani individu pelakunya, namun juga secara nyata terhadap individu itu sendiri maupun terhadap masyarakat. Sehingga perbuatan buruk itu pasti juga berimbas pada hidup orang lain. Seperti ilegal logging yang dilakukan oleh segelintir orang untuk memperoleh kekayaan, akhirnya membawa kesengsaraan bagi orang lain. Bahkan orang yang tidak tahu apa-apa harus ikut menanggung akibatnya.
Dosa menurut pandangan Protestan: pikiran, sikap dan perbuatan yang tidak sesuai atau bertentangan dengan kehendak dan perintah Allah adalah DOSA. yang dimaksudkan dengan kehendak dan perintah Allah itu ialah 10 perintah Allah sebagaimana terjabar dalam keluaran 20:1-17.
Dosa ialah suatu perbuatan yang menyebabkan terputusnya hubungan manusia dengan Allah. Hal ini bisa saja terjadi karena manusia terlalu mencintai dirinya sendiri atau hal-hal lain sehingga ia tidak lagi memikirkan hubungannya dengan Allah penciptanya.
Perbuatan dosa adalah penolakan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan sejauh dalam perbuatan manusia.
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa dosa ialah suatu perbuatan atau pikiran manusia yang salah atau buruk, melawan hukum Tuhan dan agama sehingga mengakibatkan jurang yang dalam dan jarak yang lebar dalam hubungannya dengan Allah dan demikian juga dengan sesama. Yang tidak hanya berakibat dalam hal yang rohani, tetapi juga secara kongkret merugikan dirinya sendiri dan juga orang lain. Hal ini dapat digolongkan sebagai dosa bila dilakukan secara tahu dan mau. Yakni secara sadar, tahu bahwa hal itu adalah perbuatan yang tidak baik, dan bebas, tanpa paksaan dari siapapun. Mengapa berfikir saja sudah dikatakan berdosa? Karena melalui fikiran itulah akar dari segala perbuatan manusia.
1.b Hakikat Dosa
Dosa adalah suatu pelanggaran terhadap akal budi, kebenaran dan hati nurani yang baik. Terhadap akal budi, karena orang yang melakukan dosa pada umumnya sudah tidak lagi menggunakan anugrah paling berharga dari Tuhan ini dalam hidupnya. Dengan demikian secara tidak langsung ia telah melepaskan pakaian kemanusiaannya. Secara tidak langsung pula menyamakan diri dengan hewan. Ia tidak lagi memikirkan bagaimana akibatnya bagi kelangsungan hidup serta kebahagiaannya kelak. Yang dia pikirkan hanyalah saat ini. saat ini dia bahagia, saat ini dia merasa senang. Tidak penting baginya apakah yang akan terjadi nanti setelah dia lakukan dosa itu. Terhadap kebenaran, karena ia telah membohongi dirinya sendiri. Dia tahu bahwa hal akan diperbuatnya itu salah, tetapi ia tetap saja melakukannya. Dengan demikian ia mulai membuat kebenarannya sendiri. Terhadap hati nurani yang baik, karena ia mengeraskan hatinya dan menepis semua teguran suara hatinya. Ia telah menutup telinga dari dirinya sendiri. Bila ia hal ini terjadi secara terus- menerus, hati nuraninya pun dapat tersesat.
Dosa adalah suatu penghinaan kepada Allah; suatu bentuk ketidaktaatan, pemberontakan, dan pembalikan diri dari cinta kasih Allah. Dengan kata lain, orang yang berbuat dosa ialah orang yang menolak cinta kasih dari Allah, Sang Pemeliharanya. Siapakah manusia, sehingga berhak menolak kasih yang diberikan kepadanya?
1.c Bentuk-Bentuk Dosa
yaitu dosa yang diturunkan kepada setiap manusia. Sepertià1. Dosa asal yang tercantum dalam Kejadian, bahwa Adam dan Hawa telah berdosa, dan oleh karena itu Adam dan Hawa serta segela keturunannya harus menanggung dosa. Dosa asal ini menurut penulis ialah dosa kesombongan, karena manusia pertama terlalu sombong untuk menaati perintah Allah. Dari ketidaktaatan ini akhirnya muncul dosa lain yakni ketamakan dan iri hati. Segala sesuatu telah diberikan kepadanya kecuali buah dari satu pohon di tengah taman itu. Tetapi karena ketamakannya, ingin menjadi seperti Allah, mengetahui yang baik dan yang buruk, perintah itu pun dilanggarnya. Inilah salah satu yang mendasari sifat manusia yang tidak pernah merasa cukup atas hidupnya dan senantiasa merasa iri melihat orang lain yang terlihat lebih baik darinya.
melanggar bagian kecil dari Sepuluh Perintah Allahà2. Dosa ringan secara tahu dan mau. Misalnya, cinta diri ialah bagian kecil dari menyembah berhala. Sebab dengan mencintai diri sendiri, secara tidak langsung telah menjadikan kita memuja-muja diri sendiri. Mementingkan diri sendiri. Tuhan menjadi tidak penting lagi bila segala kebutuhan diri kita telah terpenuhi tanpa mempedulikan baik buruknya cara mencukupi kebutuhan itu. Dosa ringan merupakan gangguan moral yang dapat diperbaiki dengan kasih Allah yang senantiasa ada dalam diri manusia.
Melanggar Sepuluh Perintah Allah secara tahu dan mau.à3. Dosa berat Sering kali dalam kuliahnya, penulis mendengar bahwa daging itu kuat sementara roh lemah adanya. Agaknya penulis berpendapat bahwa inilah yang mendorong manusia melanggar hukum ilahi, meski ia ada dalam keadaan sadar. Dan bahkan menyetujuinya. Hal demikian ini dapat menjadikan nurani seseorang menjadi tumpul.
1.d Akibat Dosa
Dosa berakibat sangat fatal dalam hidup manusia sebab akibatnya berlipat ganda dan meluas, ibarat wabah penyakit di pemukiman kumuh. Dalam hubungannya dengan Allah, dosa memisahkan manusia dari sentuhan kasih karunia Allah. Merusak tujuan penciptaan, yakni kemesraan dengan Allah, pribadi yang indah, serta kehilangan identitas sebagai keluarga Allah. Seperti tertulis dalam kitab Kejadian, Adam dan Hawa diusir dari taman Firdaus setelah berbuat dosa.
Dosa juga membuat kita jauh dari sesama. Seperti Adam yang mempersalahkan Hawa karena telah menawarinya buah pohon itu dan Hawa mempersalahkan ular yang telah menggodanya.
2.1Definisi
Tobat, (Arab, taubat), berarti merasa bersalah atau menyesal atas perbuatan
yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Tobat nasuha berarti tobat yang
sebenar-benarnya dengan janji tidak akan mengulangi lagi.
Dalam agama Kristen di Indonesia kata tobat digunakan untuk menerjemahkan kata metanoia dalam bahasa Yunani, yang artinya “berbalik 180 derajat dari kehidupan yang lama” atau “meninggalkan cara hidup yang lama”.
Di lingkungan Gereja Katolik Roma, tobat dilakukan setelah pengakuan dosa, dengan mengambil sakramen tobat, yaitu salah satu dari tujuh sakramen yang diakui oleh Gereja Katolik.
Tobat yaitu pengakuan diri sebagai orang pendosa, dalam rangka dan arah pada hidup baru yang diberikan oleh Allah dengan sepenuh hati, Tobat senyatanya ciptaan baru dan mengatasi penolakan dan kehancuran dalam dosa.
Jadi, tobat berawal dari perasaan bersalah dalam diri seseorang setelah melakukan dosa. Karenanya tobat bukanlah suatu awal yang mudah bagi manusia dalam rangka memperbaiki hidupnya. Rasa sesal yang mengawali perbuatan tobat itu sering kali hanyalah perasaan sesaat, sehingga manusia bisa saja mengulangi perbuatan dosa itu. Dalam tobat, diperlukan kerendahan hati untuk mengakui segala kesalahan dan berjanji serta mewujudkannya dalam kehidupan nyata, tidak akan lagi berbuat dosa. Untuk dapat memulihkan segala apa yang dirusak oleh dosa itu sendiri.
Dalam agama Kristen di Indonesia kata tobat digunakan untuk menerjemahkan kata metanoia dalam bahasa Yunani, yang artinya “berbalik 180 derajat dari kehidupan yang lama” atau “meninggalkan cara hidup yang lama”.
Di lingkungan Gereja Katolik Roma, tobat dilakukan setelah pengakuan dosa, dengan mengambil sakramen tobat, yaitu salah satu dari tujuh sakramen yang diakui oleh Gereja Katolik.
Tobat yaitu pengakuan diri sebagai orang pendosa, dalam rangka dan arah pada hidup baru yang diberikan oleh Allah dengan sepenuh hati, Tobat senyatanya ciptaan baru dan mengatasi penolakan dan kehancuran dalam dosa.
Jadi, tobat berawal dari perasaan bersalah dalam diri seseorang setelah melakukan dosa. Karenanya tobat bukanlah suatu awal yang mudah bagi manusia dalam rangka memperbaiki hidupnya. Rasa sesal yang mengawali perbuatan tobat itu sering kali hanyalah perasaan sesaat, sehingga manusia bisa saja mengulangi perbuatan dosa itu. Dalam tobat, diperlukan kerendahan hati untuk mengakui segala kesalahan dan berjanji serta mewujudkannya dalam kehidupan nyata, tidak akan lagi berbuat dosa. Untuk dapat memulihkan segala apa yang dirusak oleh dosa itu sendiri.
2.b LakuTobat
Allah yang tidak meninggalkan manusia pendosa adalah dasar untuk bertobat. Karena kasih-Nya yang sangat besar kepada manusia, ciptaan-Nya, Ia pun rela menyerahkan dirinya di salibkan untuk menebus manusia dari kuasa dosa. Kesetiaan Tuhan inilah yang mengetuk pintu hati manusia, sehingga bertobat.
Bertobat berarti pulang kembali ke rumah Bapa, mengakui segala kesalahan dan mengubah arah serta tujuan hidupnya secara menyeluruh kepada Tuhan untuk memperbaiki kualitas hidup seseorang. Di dalamnya terdapat peristiwa penawaran pengampunan secara cuma-cuma dari Tuhan, dan dengan imannya manusia menerimanya.
Dalam agama katolik, pengampunan dan pertobatan itu tertampung dalam sakramen tobat. Sakramen tobat disebut juga sakramen rekonsiliasi, yakni perukunan kembali antara pendosa dengan dunia, dengan sesama dan Tuhan. Di sinilah pemulihan kemanusiaan. Relasi antara si pendosa dengan Tuhan dan sesamanya yang terputus oleh dosa dipersatukan kembali dan diperbaiki.
Allah yang tidak meninggalkan manusia pendosa adalah dasar untuk bertobat. Karena kasih-Nya yang sangat besar kepada manusia, ciptaan-Nya, Ia pun rela menyerahkan dirinya di salibkan untuk menebus manusia dari kuasa dosa. Kesetiaan Tuhan inilah yang mengetuk pintu hati manusia, sehingga bertobat.
Bertobat berarti pulang kembali ke rumah Bapa, mengakui segala kesalahan dan mengubah arah serta tujuan hidupnya secara menyeluruh kepada Tuhan untuk memperbaiki kualitas hidup seseorang. Di dalamnya terdapat peristiwa penawaran pengampunan secara cuma-cuma dari Tuhan, dan dengan imannya manusia menerimanya.
Dalam agama katolik, pengampunan dan pertobatan itu tertampung dalam sakramen tobat. Sakramen tobat disebut juga sakramen rekonsiliasi, yakni perukunan kembali antara pendosa dengan dunia, dengan sesama dan Tuhan. Di sinilah pemulihan kemanusiaan. Relasi antara si pendosa dengan Tuhan dan sesamanya yang terputus oleh dosa dipersatukan kembali dan diperbaiki.
C.KESIMPULAN
Dosa ialah segala macam pikiran dan perbuatan yang melanggar hukum Allah. Menolak cinta Allah secara tahu dan mau, yang berari menghina Allah. Bentuk ketidaktaatan yang mengakibatkan rusaknya kemanusiaan dan hati nurani seseorang. Yang memisahkan manusia dari Allah.
Jadi, dosa ialah suatu kesalahan dan hutang yang harus dibayar dengan sangat mahal oleh manusia. Karena manusia tidak mampu membayarnya, maka Tuhan dengan kasih-Nya merelakan diri turun ke dunia, menjadi sama dengan manusia. Agar Ia dapat membayar hutang itu atas nama manusia. Yakni agar manusia terlepas dari kuasa dosa. Dan tobatlah yang dapat membuat itu semua terwujud.
Tobat adalah suatu sarana untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan oleh dosa. Tobat yang sejatilah yang dapat mempersatukan kembali hubungan manusia pendosa dengan Allah dan sesamanya. Kasih dan kesetiaan Tuhanlah yang mengetuk hati manusia untuk bertobat. Bahkan untuk dapat mempersatukan kembali ciptaan dengan Sang Penciptanya, Dia memberikan nyawanya sebagai silih dosa. Agar manusia terlepas, bebas, dari kuasa dosa yang mengikatnya, menghalanginya bertemu dengan Tuhan.
Meskipun dalam agama katolik ada sakramen pengakuan dosa dan tobat, tentunya itu bukanlah hal yang dapat dilakukan dengan seenaknya. Untuk mendapat pengampunan yang sejati juga membutuhkan tobat yang sejati. Tidak hanya mengaku dosa di hadapan pastor saja maka akan menjadi suci kembali, menjadi manusia yang bersih lagi. Pengakuan dosa di hadapan pastor ialah salah satu cara untuk menyatakan bahwa seseorang bertobat dan menyesali dosa-dosanya. Tobat yang sejati dimulai dari dalam diri manusia itu sendiri. Dengan berjanji dan benar-benar berpaling, kembali kepada Allah yang mengasihi-Nya. Dengan berbuat baik dan melakukan perintah-perintah Allah. Hidup menurut jalan yang benar di hadapan Allah.
D. DAFTAR PUSTAKA
– Justisianto, B. Syadahadat Para Rasul “Aku Percaya Akan Satu Allah…”
– Kieser, Bernhard. 1987. Moral Dasar: Kaitan Iman dan Perbuatan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
– Maas, Kees. 1999. Teologi Moral Tobat. Bogor: Percetakan MARDI YUANA.
– Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1998. Balai Pustaka.
--http://id.wikipedia.org/wiki/Dosa
– http://id.wikipedia.org/wiki/Tobat
– http://www.imankatolik.or.id/dosaringan.html
– http://www.imankatolik.or.id/dosa.html
– http://www.imankatolik.or.id/hakikat_dosa.html
– http://www.imankatolik.or.id/dosaasal.html
– http://www.imankatolik.or.id/dosaberat.html
– http://www.imankatolik.or.id/katekismus_konkordat.php?q=dosa+asal
– http://www.imankatolik.or.id/dosaringan.html
– http://www.imankatolik.or.id/dosa.html
– http://www.imankatolik.or.id/hakikat_dosa.html
– http://www.imankatolik.or.id/dosaasal.html
– http://www.imankatolik.or.id/dosaberat.html
– http://www.imankatolik.or.id/katekismus_konkordat.php?q=dosa+asal
No comments:
Post a Comment