Waspadailah Supaya
Kamu Jangan Disesatkan,
Janganlah Kamu
Mengikuti Mereka Dalam Injil Lukas
Pendahuluan
Dalam
membaca Injil untuk memahami ajaran Yesus Kristus, penting juga memahami cara
pandang pengarang injil. Maka perlu bagi kita mempelajari latar belakang
pengarang lnjil dan dalam hal ini adalah Santo Lukas. Santo Lukas adalah
seorang dokter berkebangsaan Siria, dipertobatkan menjadi Kristen ketika
misionaris-misionaris pertama meninggalkan jemaat-jemaat Yerusalem dan Kaiseria
untuk membawa Injil melewati batas-batas negara Yahudi. Lukas kemudian
meninggalkan tanah airnya untuk menemani Rasul Paulus. Ia tiba di Roma, ibu
kota dunia yang dikenal pada waktu itu, dimana ia tinggal selama
sekurang-kurangnya dua tahun, disanaia bertemu dengan Petrus dan Markus yang
sedang giat-giatnya berkotbah di kalangan orang Kristen di Roma. Santo Lukas
bergabung dengan rombongan Paulus pertama kali di Troas pada sekitar tahun 51
dan menemaninya ke Makedonia dimana mereka melewati Samotrake, Neapolis, dan
akhirnya Filipi. Santo Lukas lantas kembali merobah gaya tulisan ke orang
ketiga yang agaknya menunjukkan bahwa ia tidak dimasukkan ke penjara
bersama-sama dengan Santo Paulus dan bahwa ketika Paulus dibebaskan dan
meninggalkan Filipi, Santo Lukas tetap tinggal disana untuk mendukung Gereja
disana.
Kisah
Santo Lukas setelah meninggalnya Santo Paulus tidak diketahui dengan pasti.
Beberapa penulis sejarah mengatakan ia menjadi martir, sementara lainnya
mengatakan ia berumur panjang. Dalam dunia seni, dia digambarkan dengan seekor
lembu atau domba (karena injil karangannya dimulai degan adengan kurban
persembahan di Sinagoga/Bait Suci). Lambangnya adalah seekor lembu yang
bersayap. Santo Lukas adalah santo pelindung dokter dan ahli bedah. Dirayakan
tiap tanggal 18 Oktober.
“Wapadalah
Supaya Kamu Jangan disesatkan, Janganlah Kamu mengikuti Mereka!”
Suatu
ketika seorang teman berkata: “Menunggu adalah suatu pekerjaaan yang amat membosankan.”Ini
memang tepat dan sangat manusiawi. Apalagi kalau yang ditunggu itu sesuatu yang
tidak pasti. Kapan dia datang?Kapan akan Tiba? Bagaimna itu terjadi? Semua yang
diajukan ini menjadi pertanyaan yang penuh misteri. Alangkah gembiranya menantikan
sesuatu yang pasti, daripada untuk sesuatu yang tidak pasti. Dan memang inilah
realitas harian kita.
Dalam
Injil Lukas 21:5-11. Ketika beberpa orang berbicara tentang Bait Allah dan
mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan
berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: “Apa yang kamu lihat di
situ akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan
terletak diatas batu yang lain;semuanya akan diruntuhkan.” Dan murid-murid
bertanya kepada Yesus katanya: “Guru, bilamanakah itu akan terjadi?” Jawabnya:
“Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang
dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat.
Jangalah kamu mengikuti mereka. Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan
dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi
dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.” Ia berkata
kepada mereka: “Bangsa akan bangit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan,
dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada
penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal mengejutkan dan
tanda-tanda yang dahsyat dari langit.
Dalam
Yesus kali ini melalui penginjil Lukas menggaris bawahi “berjaga-jaga dalam
kewaspadaan” kepada setiap pengikut-Nya. Ya ,....supaya mereka waspada akan
hari dan saat kedatangan Anak Manusia, yakni Kristus sendiri. Karena waktu dan
hari kedatangan-Nya yang tidak pasti, maka Yesus berkata: “Waspadalah supaya
kamu jangan disesatkan.”Waspadalah memang bukan sebuah penantian yang pasif.
Juga buka sesuatu yang menakutkan. Mungkin ada yang akan bertanya mengapa perlu
wapada? Yesus tentu tak mau menakutkan para murid-Nya dengan pernyataan agar
mereka waspada akan jatuhnya hari dan saat yang tak pasti itu. Segala bencana
yang akan terjadi menjelang hari-hari itu. Sebab memang semuanya itu harus
terjadi dahulu. Hal paling utama yang sebenarnya mau ditekankan disini, yaitu:
Janganlah kita memisahkan diri dari atau melupakan Kristus Yesus yang telah
kita imani. Yesus yang tetap sama baik 2000 tahun lalu, kini dan nanti. Karena
memisahkan diri dari Kristus akan berakibat seperti kata Yesus dalam perikop
injil ini: gampang mempercayai para penyesat yang datang dengan memakai nama Kristus,
yang mengatakan akulah dia dan saatnya sudah dekat. Dengan kata lain Yesus
sebenarnya mau mengatakan bahwa: Barang siapa yang mengenal dan bersatu
dengan-Nya secara mendalam dan pribadi, yang berarti juga adalah
murid-murid-Nya, tidak akan mempercayai kata-kata orang ketiga yang menyebut
dirinya Kristus. Jadi relasi aku dan Kristus menjadi sangat penting disini.
Bagaimanakah
relasiku sendiri dengan Yesus? Apakah aku sudah menjumpai Dia secara pribadi?
Atau Dia masih menjadi “orang lain”
dalam hidpku. Mungkin sama seperti orang yang kujumpai di jalan, yang sebentar
melempar senyuman padaku dan sesudahnya kulupakan sama sekali? Sekali lagi
kewaspadaan tak lain adalah sebuah pertanyaan: Bagaimanakah relasiku dengan
Kristus? Bagaimanakah aku melewatkan hari-hari hidupku? Bersama Dia atau tanpa
Dia sama sekali? “Tinggalah pada-Ku, dan kamu akan berbuah banyak.” Dengan ini,
maka berjaga-jaga bukan lagi sebuah penantian yang pasif dan membosankan,
melainkan lebih pada bagaimana kita menguduskan hari dan saat-saat hidup kita
dalam Kristus Yesus sendiri. Jika demikian, kedatangan-Nua tak lagi menjadi
sesuatu menakutkan, melainkan justru keselamatan
Sumber
Anselmus
Meo, SVD dan Paskalis Berkhmans Keytimu, SVD, Sabda Tuhan inspirasi kita bersama St. Lukas, hal 164.
No comments:
Post a Comment